Taman Mayura merupakan saksi keberadaan
kerajaan Singasari dan orang-orang Bali di Lombok pada abad ke-19.
Uniknya di taman ini Anda akan menemui betapa sejak dahulu kala semangat
perbedaan sudah ada dipelihara oleh raja-raja Singasari dan Mataram.
Bale Kambang atau bangunan terapung di tengah kolam Taman Mayura
menceritakan hal itu. Dalam Bale Kambang kita akan menjumpai
patung-patung yang bercirikan Muslim, Cina, dan Jawa. Patung yang
mencirikan Muslim berada di bagian Barat, timur dan utara Bale Kambang
bersebelahan dengan bangunan linggih yang kental corak Hindu Balinya.
Pada saat itu, Bale Kambang dipakai untuk mengadili suatu perkara pada
jaman penjajajahan Belanda.
Jika mengunjunginya Mayura, Anda harus menggunakan selendang kecil panjang berwarna merah. Setiap pengunjung harus mengikatkan selendang ini di pinggang. Cara mengikatkannya pun tidak boleh sembarangan. Bagi yang telah menikah maka simpul selendang harus terletak di sebelah kiri. Jika sudah mempunyai kekasih, simpul berada di sebelah kanan. Sedangkan bagi yang masih sendiri alias single simpul selendang berada di tengah-tengah. Mengikat selendang pada pinggang mempunyai makna bahwa pada saat kita masuk ke dalam kawasan suci diharapkan niat jahat dan segala hal yang kurang baik dapat diikat.
Dalam bahasa Sansekerta, Mayura berarti
burung Merak. Taman yang dibangun oleh Anak Agung Ngurah Karangasem pada
1744 ini pada awalnya bernama Taman Kalepug yang berati suara jatuhnya
air di telaga. Nah, mengapa berganti menjadi Mayura karena pada kala itu
banyak ular di kawasan taman ini. Untuk mengusir ular, didatangkanlah
burung Merak dari Palembang untuk memangsanya. Sejak itulah Taman
Kalepug berganti nama menjadi Mayura. Kini yang tersisa hanyalah
relief-relief burung Merak yang semakin menyakinkan bahwa legenda
tentang ular dan burung Merak memang ada.
Selain kekayaan sejarah dibalik
pembangunan Taman Mayura, Anda bisa menikmati keelokan taman ini.
Kawasan dengan luas 244, 60 meter x 138,50 meter ini sangat tertata dan
terjaga kebersihannya. Deretan pohon manggis menambah sejuknya suasana
Taman Mayura. Terkadang oleh guide pengunjung Taman Mayura diperbolehkan
memetik buah manggis tersebut. Kolam luas yang memantulkan sinar
matahari menambah eksotisme kawasan ini. Tak heran jika wisatawan baik
mancanegara maupun domestik betah berlama-lama menikmati Taman Mayura.
Kini, Taman Mayura tidak hanya merupakan
saksi sejarah kerajaan ratusan tahun silam dan tempat peribadatan suci,
namun sebagai destinasi wisata yang memberikan hikmah tentang kerukunan
beragama dan keberagaman. Taman yang berada di sekitaran kota Mataram
ini bisa Anda kunjungi dengan menumpang angkutan umum dari kecamatan
Narmada dengan waktu tempuh hanya 15 menit.