Rumah
merupakan ekspresi pemikiran paling nyata seorang individu atau kelompok dalam
mengejewantahkan hubungan dengan sesama manusia (komunitas atau masyarakat),
alam, dan dengan Tuhan (lingkup keyakinan). Keberadaan rumah Sasak, baik
bentuk, tata ruang serta struktur bangunan rumahnya mengandung simbol-simbol
yang sarat dengan nilai-nilai filsafat tinggi dan sakral.
Di
antara nilai-nilai tersebut diantaranya :
Atap
rumah dengan design sangat rendah dengan pintu berukuran kecil bertujuan agar
tamu yang datang harus merunduk bila memasuki pintu rumah yang relatif pendek.
Sikap merunduk merupakan sikap saling hormat menghormati dan saling menghargai
antara tamu dengan tuan rumah.
- Pembangunan rumah dengan arah dan ukuran yang sama menunjukkan bahwa masyarakat hidup harmonis. Oleh karena itu, jika ada yang membangun rumah yang arahnya tidak sama dengan bangunan rumah yang sudah ada, maka itu menandakan bahwa penghuni kampung tersebut tidak harmonis.
- Undak-undakan (tangga) tingkat tiga mempunyai pesan bahwa tingkat ketaqwaan ilmu pengetahuan dan kekayaan tiap-tiap manusia tidak akan sama. Oleh karena itu, diharapkan semua manusia senantiasa menyadari bahwa kekurangan dan kelebihan yang dimiliki merupakan rahmat Tuhan. Ada juga yang menganggap bahwa anak tangga sebanyak tiga buah menunjukkan simbol daur hidup manusia, yaitu lahir, berkembang, dan mati, atau simbol keluarga batih (ayah, ibu, dan anak).
- Empat tiang penyangga berugaq/sekepat mempunyai pengertian: Kebenaran yang harus diutamakan; Kepercayaan diri dalam memegang amanah; dalam menyampaikan sesuatu hendaknya berlaku jujur dan polos; dan sebagai orang yang beriman hendaknya pandai/cerdas dalam menyikapi masah (tanggap). Sedangkan atapnya menggambarkan keyakian bahwa Tuhan Maha tahu atas segalanya, baik yang tersirat maupun yang tersurat. Ada juga yang beranggapan bahwa pesan dari berugaq bertiang empat adalah simbol syariat Islam: Quran, Hadis, Ijma, Qiyas. Disamping itu, berugaq yang ada di depan rumah merupakan bentuk rasa syukur terhadap rezeki yang diberikan Tuhan, dan juga sebagai tempat berinteraksi dengan masyarakat lainnya.
- Bale tajuk, pada umumnya, berbentuk segi lima dengan tiang berjumlah lima melambangkan bahwa masyarakat Sasak adalah masyarakat yang religius yang menurut keyakinan mereka, setiap mahluk hidup pasti akan mati dan setiap sesuatu yang lahir maka pasti akan berakhir.
- Keberadaan lumbung menunjukkan bahwa warga sasak harus hidup hemat dan tidak boros. Bahan-bahan yang disimpan di dalamnya, hanya bisa diambil pada waktu tertentu, misalnya sekali sebulan sebagai persiapan untuk keperluan mendadak, misalnya karena gagal panen atau karena ada salah satu anggota keluarga meninggal.
Jika terus
digali, kita akan menemukan lebih banyak lagi nilai-nilai yang terkandung dalam
rumah adat Sasak
Yang sangat menarik dari rumah adat ini adalah membersihkan lantai rumah yang beralaskan tanah liat dengan menggunakan kotoran kerbau yang masih baru menjadi kebiasaan dari masyarakat Sasak di desa ini. Mereka mengambil kotoran kerbau secukupnya kemudian dimasukkan ke dalam ember kecil,kemudian ditambahkan sedikit air lalu kotoran kerbau tersebut diratakan di atas lantai rumah mereka,setelah itu didiamkan hingga mengering. Uniknya lagi, lantai yang diolesi kotoran kerbau tersebut tidak tercium baunya. Biasanya warga Sasak Sade membersihkan lantai rumah seminggu sekali. Menurut mereka hal ini dilakukan untuk menjaga suhu rumah tetap hangat, menghilangkan debu, terbebas dari serangan nyamuk yang mengganggu, serta membuat lantai keras seperti lantai dari semen. Selain itu dipercayai juga agar terbentengi dari gangguan-gangguan yang bersifat magis. Dengan susunan yang unik, rumah-rumah mereka menghadap ke arah Gunung Rinjani, tempat bersemayamnya roh-roh leluhur
No comments:
Post a Comment